Laman

Rabu, 20 April 2016

Cut Nyak Dien

Cut Nyak Dien dilahirkan di Lampadang, Aceh Besar pada tahun 1850. Nanta Setia, ayahnya adalah Ulebalang VI Mukim, seorang Aceh keturunan Minangkabau. Ia menikah dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga. Pada awal ia membangun keluarga itu, hubungan antara Kerajaan Aceh dan Belanda sangat buruk akibat rencana Belanda untuk meruntuhkan Kerajaan itu. Pada tahun 1873 meletus perang Aceh Melawan Belanda. Dua tahun kemudian daerah VI Mukim dapat diduduki Belanda Cut Nyak Dien mengungsi ke tempat lain bersama dengan anaknya yang masih kecil dan terpaksa harus berpisah dengan suami dan ayahnya. Ibrahim Lamnga di kemudian hari gugur dalam pertempuran di Gle Tarum pada bulan juni 1870. Sejak saat itu Cut Nyak Dien bersumpah akan membalas kematian suaminya dan melibatkan diri dalam perjuangan.

Pada tahun 1880 dia menikah untuk kedua kalinya dengn Teuku Umar, kemenakan ayahnya. Teuku Umar adalah pejuang Aceh yang terkenal karena terlibat dalam perebutan kembali daerah VI Mukim dari tangan Belanda. Suaminya itu terkenal karena kecerdikan dan keahliannya mempin pasukan. Cut Nyak Dien pada bulan Februari 1878 menghadapi serbuan yang hebat dari pasukan Belanda yang menembakan meriam meriamnya dari kapal-kapal mereka. Menghadapi tekanan berat itu pasuka Aceh bergerak ke Aceh Besar. Dari wilayah itu para pejuang melancarkan serangan serangan terhdap pos-pos Belanda dan memaksa Belanda meninggalkanya.
\
Suaminya pada bulan Agustus 1893 menyerahkan diri kepada Belanda dan menjadi tentara Belanda. Di kalangan pejuang Aceh timbul tanda tanya besar tentang sikapnya Cut Nyak Dien  yang mendampingi pejuang itu mulai khawatir dan menganjurkan suaminya agar brubah sikap dan mengadakan perlawanan lagi terhadap Belanda. Sebenarnya anjuran itu tak perlu sebab apa yang di lakukan oleh Teuku Umar adalah taktik belaka, pada saat yang tepat ia terbukti berbalik melawan Belanda. Dalam pertempuran hebat di Maulaboh pada tanggal 11 Februari 1899, Teuku Umar gugur. Sejak kematian suaminya itu, Cut Nyak Dien yang ketika itu sudah berumur 50 tahun mengambil alih pimpinan pasukan.

PEJUANG WANITA YANG TANGGUH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar